Matabangsa.com – Lahomi :Pasca terputusnya Jembatan Noyo di Desa Tuwuna Kecamatan Mandrehe Kabupaten Nisa Barat yang menghubungkan antar Kota Gunungsitoli ke Kabupaten Nias Barat, mengharuskan akses transportasi menggunakan perahu kayu agar sampai ke wilayah Kabupaten Nias Barat. Jembatan yang menjadi pondasi prekonomian masyarakat, terputus total akibat banjir bandang yang menerjang pada Rabu, 05 Maret 2025 yang lalu. Dampaknya sangat terasa kepada para pelaku ekonomi, masyarakat, pelayanan umum hingga ASN yang bekerja di wilayah Nias Barat begitu sebaliknya. Kepala Kantor Kementerian Agama Kabupaten Nias Barat, Dr. Martinus Harefa, S.Th.,M.Pd.K, menceritakan pengalamannya selama di perjalanan pagi tadi (13/03/2025).
“Pasca bencana alam yang menyebabkan terputusnya Jembatan Noyo, kami harus menggunakan perahu sebagai satu-satunya akses terdekat menuju Kabupaten Nias Barat. Hal ini tentu saja menyita banyak waktu, tenaga dan materi. Ini menjadi pengalaman unik dan berkesan untuk saya pribadi. Saya juga melihat masyarakat sekitar berupaya dan bergotong-royong membantu penumpang yang akan menyebrang”, ungkap Martinus Harefa. Dirinya juga berpesan kepada seluruh staf dan pegawai Kankemenag Nias Barat untuk tetap berhati-hati selama di perjalanan, khususnya pegawai yang berdomisili di luar wilayah Nias Barat
“Tapi bagaimanapun juga sebagai ASN kita harus tetap menjalakan tugas apapun rintangannya. Hanya melalui jalur tersebutlah akses terdekat menuju tempat kerja. Meskipun ada berbagai opsi jalur alternatif lain menuju Nias Barat, tetapi memakan waktu yang cukup lama. Di tambah jalur yang dilalui kurang bagus”, tambah Martinus Harefa.
Jembatan Noyo putus total dan hanya menyisakan tiang pondasi di tengah-tengah sungai. Perahu yang digunakan seperti perahu nelayan tanpa mesin. Kendaraan yang bisa melintas hanya roda dua dan dikenakan tarif setiap sekali penyebarangan. Perahu tersebut hanya bisa dinaiki satu roda dua dan 3 penumpang. Namun akan menjadi berbahaya ketika menyeberang saat kondisi hujan deras. Tentunya debit air akan tinggi atau kemungkinan terjadi banjir. Kakankemenag Nias Barat menghimbau kepada seluruh ASN dan pegawai, jika ada jalan alternatif lain yang lebih mudah dan cepat agar saling memberitahu satu sama lain.
“Selama ini saya melalui jalur melingkar melewati Nias Utara dari Kecamatan Afulu ke Kecamatan Alasa dan berakhir di Kota Gunungsitoli dan itu sangat melelahkan serta memakan waktu yang cukup lama. Tidak ada alasan untuk hiatus atau istirahat akibat jembatan putus, semua harus kita lalui demi amanah dalam diri”, tambah Kakankemenag Nias Barat.
Waktu yang dilalui biasanya hanya 1 (satu) jam 30 (tiga puluh) menit, ini harus ditempuh lebih kurang 3 (tiga) jam jika menggunakan sepeda motor. Namun untuk menggunakan kendaraan roda empat harus melalui jalur lain dari Nias Utara atau Nias Selatan. Hingga saat ini masih belum dipastikan sampai kapan jembatan itu akan di bangun kembali atau dibangunnya jembatan darurat. Selama itu pula perjuangan ASN dan pegawai Kemenag Nias Barat akan mengarungi sungai tersebut atau memilih opsi jalan lain yang memakan waktu lama asalkan sampai ke Kantor Kemenag Nias Barat. Mereka yang Work From Home (WFH) tidak bisa dilakukan, hanya diperbolehkan ketika kondisi darurat. (Iman).






