Kerusakan Hutan dan Konflik Agraria Jadi Fokus Utama Aksi Sekber di Medan, Minta Pemerintah Pilih Rakyat

Sumut26 Dilihat

matabangsa.com – Medan | Sekitar puluhan ribu massa berkumpul di Medan pada Senin (10/11/2025) untuk aksi damai besar yang digelar oleh Sekber Gerakan Oikumenis untuk Keadilan Ekologis Sumatera Utara. Aksi ini menyasar kerusakan hutan, konflik agraria, dan keberpihakan pemerintah.

Menurut pemberitaan, lebih dari 10.000 orang berasal dari berbagai kabupaten di Sumatera Utara akan berkumpul di Kota Medan untuk menjalankan aksi yang menuntut penutupan PT TPL.

Dalam orasi pembuka, Rokki Pasaribu meminta agar pemerintah tidak “menutup mata” terhadap kerusakan lingkungan yang mengancam masa depan generasi mendatang.

Sekber menegaskan bahwa bumi bukan hanya milik hari ini, tetapi juga milik anak cucu yang berhak hidup di alam yang lestari.

Kerusakan hutan dan alih fungsi lahan besar-besaran yang disebabkan oleh aktivitas industri TPL dipandang sebagai akar konflik ekologis dan sosial di wilayah Tapanuli Raya.

Pastor Walden Sitanggang menyebut bahwa gerakan ini tidak sekadar aksi protes, tetapi “gerakan profetik” yang berakar pada iman dan keadilan ekologis.

Dalam pertemuan pendahuluan yang digelar oleh PGI pada 7 Oktober 2025, disebutkan bahwa Sekber ini dibentuk untuk memperkuat koordinasi antar-gereja, masyarakat adat, dan organisasi masyarakat sipil.

Sekber menyampaikan bahwa masyarakat adat telah lama menderita akibat konflik agraria: kriminalisasi, intimidasi, hingga perampasan lahan ulayat.

Massa membawa pesan moral agar pemerintah memilih rakyat dan alam, bukan izin formal perusahaan semata. Sekber menyatakan bahwa jika rakyat menderita dan alam rusak, negara wajib berpihak.

Orasi di depan kantor gubernur berlangsung khidmat meskipun massa cukup besar. Polisi memberlakukan pengalihan arus lalu lintas untuk menjaga keselamatan peserta aksi dan pengguna jalan lainnya.

Pada saat aksi berlangsung, suasana sempat hening ketika massa menunduk sejenak untuk mendoakan korban ekosistem dan masyarakat adat yang terdampak.

Koordinator aksi menyebut bahwa empat poin tuntutan merupakan landasan berikutnya untuk pengawalan lebih lanjut—jika tidak ada respons dari pemerintah, maka bentuk aksi akan berkembang ke tingkat nasional.

Sejumlah peserta membawa spanduk besar bertuliskan “TUTUP TPL”, “Keadilan Ekologis Sekarang”, dan “Rakyat & Alam Lestari”.

Aksi ini menjadi panggilan bagi seluruh pecinta lingkungan, mahasiswa, komunitas gereja, pelajar, dan masyarakat umum untuk bersatu, berani bersuara, dan menciptakan perubahan nyata.

Dengan ditetapkannya tema dan strategi yang jelas, Sekber berharap suara rakyat yang selama ini tersebar dapat terkonsolidasi menjadi gerakan yang menuntut keadilan ekologis di Sumatera Utara dan Indonesia secara umum.

Tags:
#KerusakanHutan, #KonflikAgraria, #SekberOikumenis, #PetaniAdat, #TPLSumut, #SumutHijau, #AksiDamaiMedan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *