Ekspor Riau Naik 18,98 Persen, Minyak Nabati Jadi Penggerak Utama Sepanjang 2025

Ekonomi, Nasional41 Dilihat

matabangsa.com – Pekanbaru | Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Riau merilis data terbaru mengenai perkembangan ekspor Januari–Oktober 2025. Laporan yang dikeluarkan pada 1 Desember 2025 itu menunjukkan bahwa nilai ekspor Riau mencapai US$17,58 miliar atau naik 18,98 persen dibanding periode yang sama tahun 2024. Kenaikan ini menegaskan posisi Riau sebagai salah satu kontributor utama perdagangan nasional, terutama dari sektor nonmigas.

Peningkatan ekspor tersebut didorong oleh melonjaknya ekspor nonmigas yang mencapai US$16,64 miliar. Angka itu naik signifikan, yakni 24,16 persen dibanding Januari–Oktober 2024. Sektor pengolahan dan pertanian menjadi dua pilar utama yang menggerakkan kinerja ekspor nonmigas sepanjang tahun.

Meski demikian, ekspor Riau pada Oktober 2025 justru menunjukkan pelemahan. Pada bulan tersebut nilai ekspor tercatat US$1,77 miliar atau turun 7,79 persen dibanding Oktober 2024. Penurunan ini dipicu oleh melemahnya permintaan global terhadap komoditas industri dan beberapa produk pertanian.

Ekspor nonmigas pada Oktober 2025 juga turun 4,10 persen menjadi US$1,73 miliar. BPS menyatakan bahwa fluktuasi ini merupakan bagian dari dinamika siklus perdagangan internasional yang sangat dipengaruhi pasar Tiongkok, India, dan kawasan ASEAN.

Di antara sepuluh komoditas terbesar, lemak dan minyak hewan/nabati tercatat sebagai komoditas paling dominan. Nilai ekspornya naik tajam sebesar US$2.606,61 juta atau 37,21 persen dibanding tahun sebelumnya. Komoditas ini masih menjadi andalan utama Riau dalam pasar global, terutama sebagai produk turunan sawit yang banyak diburu industri pangan dan energi.

Selain minyak nabati, berbagai produk kimia juga mencatat peningkatan yang cukup besar, yaitu US$590,91 juta atau 41,97 persen. Produk kimia organik pun tumbuh 70,64 persen, menunjukkan adanya perluasan pasar industri kimia Riau ke berbagai negara tujuan.

Beberapa komoditas lainnya seperti kertas dan karton, buah-buahan, bahan nabati, serta berbagai makanan olahan turut mencatat pertumbuhan positif. Kenaikan permintaan terhadap komoditas ini menunjukkan semakin beragamnya struktur ekspor Riau, tidak lagi bertumpu pada satu sektor saja.

Namun demikian, ada beberapa komoditas yang mengalami penurunan cukup drastis. Ampas dan sisa industri makanan turun 61,97 persen. Bubur kayu (pulp) menurun 4,32 persen, sementara serat stapel buatan turun 5,96 persen. Penurunan ini diperkirakan akibat melemahnya permintaan dari Uni Eropa serta penyesuaian harga pada pasar global.

Untuk negara tujuan ekspor, Tiongkok masih menjadi mitra dagang terbesar dengan nilai mencapai US$2.692,69 juta atau berkontribusi 16,18 persen dari total ekspor nonmigas. India di posisi kedua dengan US$1.496,57 juta, sementara Malaysia berada di urutan ketiga dengan US$1.186,94 juta.

Kawasan ASEAN dan Uni Eropa juga mencatat kontribusi besar. Ekspor ke negara-negara ASEAN mencapai US$3.086,50 juta atau naik 49,77 persen dibanding tahun sebelumnya. Uni Eropa juga meningkat 11,11 persen, mencapai US$2.003,75 juta. Data ini menunjukkan perluasan pasar Riau dalam blok perdagangan internasional.

BPS menyebutkan total ekspor ke 13 negara tujuan utama mencapai US$12.222,00 juta atau naik 27,16 persen dibanding tahun 2024. Lonjakan terbesar datang dari Bangladesh, yang meningkat 121,56 persen menjadi US$481,24 juta. Brazil juga mencatat pertumbuhan sangat signifikan yaitu 175,64 persen.

Namun, tidak semua negara tujuan mencatat peningkatan. India turun 19,17 persen, sementara Amerika Serikat mengalami penurunan tipis sebesar 1,54 persen. BPS menilai penyusutan ini lebih dipengaruhi kondisi ekonomi negara tujuan yang sedang menahan impor untuk stabilisasi ekonomi dalam negeri.

Dari sisi sektor, ekspor nonmigas dari industri pengolahan naik 24,20 persen dibanding Januari–Oktober 2024. Sementara ekspor dari sektor pertanian meningkat 24,94 persen. Kenaikan kedua sektor ini menunjukkan pergeseran struktur ekonomi Riau yang semakin stabil dan tidak terlalu bergantung pada industri migas.

Berbanding terbalik, ekspor migas mengalami penurunan cukup tajam. Total ekspor migas turun 31,61 persen dari US$1.372,28 juta menjadi US$938,48 juta. Penurunan terjadi pada ekspor minyak olahan yang turun 32,48 persen dan minyak mentah yang merosot 28,96 persen.

Pada Oktober 2025, ekspor industri pengolahan juga mengalami penurunan 4,03 persen menjadi US$1.697,46 juta. Produk pertanian pun turut turun 7,92 persen dibanding Oktober 2024. Kondisi ini memperlihatkan bahwa pasar global sedang mengalami tekanan terutama pada komoditas bahan baku industri.

BPS menegaskan bahwa meski terjadi penurunan pada beberapa komoditas, tren tahunan ekspor Riau tetap menunjukkan pertumbuhan kuat. Kinerja positif nonmigas menjadi pondasi penting dalam menjaga stabilitas ekonomi daerah.

Dengan tren kenaikan di sektor pengolahan dan pertanian, Pemprov Riau diharapkan dapat terus mendorong hilirisasi, penguatan industri lokal, serta peningkatan mutu produk ekspor agar mampu bersaing di pasar global.

Laporan lengkap yang dikeluarkan BPS Riau ini menjadi acuan penting bagi pemerintah daerah, pelaku usaha, dan investor dalam merumuskan kebijakan dan strategi untuk menghadapi tantangan perdagangan internasional di tahun 2026.(***)

Tags: ekspor Riau, BPS Riau, perdagangan internasional, ekonomi 2025, ekspor nonmigas

Foto Caption: Petugas BPS Riau memperlihatkan grafik perkembangan ekspor nonmigas Riau periode Januari–Oktober 2025 yang dirilis pada 1 Desember 2025. Screenshot BPS Riau

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *