Impor Riau Turun 14,18 Persen, Mesin Mekanik Anjlok Hingga 55,98 Persen Sepanjang 2025

Ekonomi, Nasional38 Dilihat

matabangsa.com – Pekanbaru | Nilai impor Riau pada periode Januari hingga Oktober 2025 mengalami penurunan signifikan sebesar 14,18 persen dibandingkan periode yang sama pada tahun sebelumnya. Data terbaru yang dirilis BPS Riau menunjukkan bahwa total nilai impor mencapai US$1.396,91 juta, turun dari US$1.627,71 juta pada 2024. Penurunan ini terutama dipengaruhi oleh merosotnya angka impor nonmigas yang mendominasi struktur impor provinsi tersebut.

Impor nonmigas yang selama ini menjadi penopang kebutuhan bahan baku industri di Riau juga terkontraksi cukup dalam. Total nilai impor nonmigas pada Januari–Oktober 2025 tercatat hanya US$1.272,18 juta, turun 13,45 persen atau setara dengan pengurangan US$197,71 juta dibandingkan tahun 2024. Penurunan tersebut menandakan melemahnya aktivitas industri berbasis pengolahan bahan mentah maupun sektor manufaktur di wilayah tersebut.

Meski mengalami penurunan sepanjang tahun, angka impor Riau pada Oktober 2025 justru memperlihatkan pertumbuhan bulanan dengan kenaikan 11,61 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Total impor bulan tersebut mencapai US$158,70 juta, menunjukkan adanya peningkatan kebutuhan industri hanya pada periode tertentu. Namun, tren tahunan tetap mencerminkan kelesuan yang belum pulih sepenuhnya.

Kenaikan impor bulan Oktober lebih banyak didorong oleh lonjakan impor migas, terutama pada kelompok hasil minyak yang naik hingga 407,80 persen. Impor migas pada Oktober 2025 tercatat mencapai US$34,39 juta, jauh lebih tinggi dibandingkan tahun sebelumnya. Lonjakan tersebut berbanding terbalik dengan tren tahunan, di mana impor migas secara keseluruhan justru turun 20,97 persen.

Sementara itu, impor nonmigas pada Oktober justru turun 8,21 persen menjadi US$124,31 juta. Penurunan impor nonmigas bulan tersebut mempertegas bahwa tekanan terhadap sektor industri berbasis bahan baku masih terjadi akibat melemahnya permintaan global serta efisiensi produksi yang dijalankan perusahaan-perusahaan besar di Riau.

Dari sepuluh golongan barang utama nonmigas yang diimpor Riau, kelompok mesin-mesin atau pesawat mekanik mencatat penurunan terdalam. Komoditas tersebut turun 55,98 persen atau setara US$169,81 juta sepanjang Januari–Oktober 2025. Penurunan ini mengisyaratkan turunnya aktivitas investasi maupun ekspansi industri yang biasanya memerlukan mesin dan peralatan baru.

Penurunan besar juga terjadi pada komoditas kayu dan barang dari kayu yang turun 24,32 persen, serta komoditas gandum-ganduman yang anjlok 39,73 persen. Keduanya merupakan bahan baku penting untuk industri makanan dan furnitur di Riau, sehingga penurunan impor tersebut dapat menjadi indikator melemahnya produksi di sektor terkait.

Selain itu, berbagai produk kimia juga tercatat menurun 20,75 persen dan bahan kimia anorganik berkurang 8,27 persen. Produk kimia merupakan salah satu kebutuhan utama sektor industri, sehingga penurunan ini mengonfirmasi pelemahan aktivitas manufaktur sepanjang tahun berjalan.

Meski begitu, tidak semua komoditas mengalami penurunan. Pupuk justru mencatat peningkatan impor tertinggi sebesar 13,88 persen atau senilai US$34,10 juta. Lonjakan tersebut diduga berkaitan dengan meningkatnya kebutuhan sektor perkebunan di Riau, terutama kelapa sawit, yang tengah memperkuat produksi melalui intensifikasi lahan.

Golongan bubur kayu (pulp) juga mengalami peningkatan 23,76 persen. Peningkatan ini berbanding lurus dengan aktivitas industri pengolahan pulp yang menjadi salah satu sektor strategis di provinsi tersebut. Selain itu, impor garam, belerang, dan kapur naik 12,38 persen, serta bahan kimia organik meningkat 4,53 persen.

Dari sisi negara pemasok, Tiongkok masih menjadi sumber impor terbesar bagi Riau dengan kontribusi 17,92 persen atau US$228,02 juta. Meski demikian, impor dari Tiongkok secara tahunan juga mengalami penurunan cukup tajam sebesar 20,36 persen, menandakan adanya penurunan kegiatan industri yang bergantung pada pasokan negara tersebut.

Kanada menjadi pemasok terbesar kedua dengan nilai impor mencapai US$206,10 juta atau 16,20 persen. Sementara Vietnam berada pada posisi ketiga dengan nilai US$118,06 juta atau 9,28 persen. Ketiga negara ini secara konsisten mendominasi komoditas nonmigas yang masuk ke Riau setiap tahunnya.

Di tingkat kawasan, impor dari ASEAN tercatat mencapai 29,77 persen dengan nilai US$378,67 juta. Sedangkan impor dari Uni Eropa berkontribusi 12,22 persen senilai US$155,49 juta. Kedua kawasan tersebut memasok berbagai kebutuhan industri seperti bahan kimia, produk olahan, dan mesin industri.

Dilihat dari struktur penggunaan barang, barang modal mencatat penurunan paling drastis sepanjang Januari–Oktober 2025. Nilai impor barang modal anjlok 59,38 persen menjadi hanya US$107,86 juta. Penurunan ini menunjukkan lemahnya investasi baru dan minimnya pembelian mesin atau peralatan baru oleh pelaku industri.

Barang konsumsi juga mengalami penurunan signifikan sebesar 42,78 persen menjadi US$65,49 juta. Penurunan ini dapat dipengaruhi oleh melemahnya daya beli masyarakat serta adanya substitusi produk lokal yang semakin berkembang pada beberapa jenis barang konsumsi.

Sementara itu, impor bahan baku atau penolong hanya turun tipis 1,94 persen menjadi US$1.223,56 juta. Bahan baku tetap menjadi kategori impor terbesar dengan kontribusi mencapai 87,59 persen terhadap total impor Riau, menunjukkan tingginya ketergantungan industri terhadap pasokan luar negeri.

Dalam konteks perdagangan nasional, Indonesia mencatat surplus US$16,18 miliar sepanjang Januari–Oktober 2025. Surplus tersebut sebagian besar berasal dari sektor nonmigas sebesar US$15,37 miliar, sedangkan sektor migas menyumbang surplus US$0,81 miliar.

Bulan Oktober 2025 sendiri mencatat surplus perdagangan sebesar US$1,61 miliar. Surplus tersebut didorong oleh transaksi sektor nonmigas yang mencapai US$1,60 miliar, sedangkan sektor migas menyumbangkan surplus US$9,70 juta. Capaian ini menunjukkan bahwa secara nasional, aktivitas ekspor masih lebih kuat dibandingkan impor.

Dengan tren penurunan impor yang signifikan sepanjang tahun, kondisi ini dapat menjadi cerminan melemahnya aktivitas industri di Riau. Namun demikian, pemerintah daerah dan pelaku industri diperkirakan akan melakukan langkah-langkah strategis untuk kembali mendorong pertumbuhan produksi dan investasi pada 2026.(***)

Tags: #ImporRiau, #Ekonomi2025, #DataBPS, #PerdaganganLuarNegeri, #IndustriRiau

Foto Caption: Aktivitas bongkar muat kontainer di Pelabuhan Pekanbaru yang menjadi salah satu pintu masuk barang impor ke Provinsi Riau. Screenshot BPS Riau

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *