matabangsa.com – Pekanbaru | Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Riau mengumumkan bahwa sejumlah komoditas pangan utama mengalami penurunan harga signifikan dalam beberapa minggu terakhir. Tren ini berkontribusi pada melemahnya tekanan inflasi di berbagai daerah di Riau dan memberi angin segar bagi masyarakat setelah beberapa bulan menghadapi tingginya harga kebutuhan pokok.
Menurut BPS, komoditas yang paling berpengaruh menurunkan inflasi adalah cabai merah, cabai rawit, dan beras medium. Penurunan harga cabai terjadi akibat meningkatnya pasokan dari daerah sentra produksi serta membaiknya kondisi cuaca yang mendukung stabilitas hasil panen. Para pedagang di pasar tradisional melaporkan bahwa pasokan cabai kini jauh lebih lancar dibandingkan bulan-bulan sebelumnya.
Sementara itu, harga beras yang sempat menyentuh rekor tertinggi pada pertengahan tahun mulai menunjukkan penurunan secara bertahap. Penurunan ini dipicu oleh masuknya beras impor pemerintah serta meningkatnya distribusi dari Bulog yang memperluas operasi pasar di sejumlah kabupaten/kota. BPS mencatat bahwa kebijakan stabilisasi pangan tersebut cukup efektif menahan laju kenaikan harga.
Kendati demikian, BPS menegaskan bahwa penurunan harga komoditas tersebut tidak boleh membuat masyarakat terlena. Fluktuasi harga pangan sangat sensitif terhadap perubahan cuaca, biaya distribusi, dan dinamika permintaan musiman. Karena itu pemerintah daerah diimbau terus memperkuat sistem pengendalian inflasi agar stabilitas harga dapat terjaga hingga akhir tahun.
Dalam laporan inflasi yang dirilis BPS Riau, beberapa komoditas lainnya seperti bawang merah, daging ayam ras, dan telur ayam juga mengalami penurunan harga meski dalam skala lebih kecil. Penurunan tersebut memperkuat kontribusi deflasi kelompok makanan, minuman, dan tembakau pada indeks harga konsumen di Riau. BPS menilai fenomena ini cukup positif karena meringankan beban pengeluaran rumah tangga.
Namun, tidak semua komoditas pangan mengalami penurunan. Harga gula pasir, minyak goreng, dan daging sapi masih relatif tinggi di beberapa daerah, disebabkan biaya logistik yang meningkat dan pasokan yang belum sepenuhnya stabil. BPS menyebut bahwa distribusi antardaerah menjadi salah satu faktor yang paling sering menyebabkan perbedaan harga dari satu wilayah ke wilayah lainnya.
Masyarakat menyambut baik tren penurunan harga pangan ini. Banyak ibu rumah tangga mengaku lebih lega ketika belanja ke pasar, karena biaya kebutuhan sehari-hari kini mulai dapat ditekan kembali. Para pedagang juga berharap stabilitas harga bisa bertahan lama agar aktivitas jual beli tetap ramai.
Pemerintah daerah melalui Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) menyatakan akan terus memonitor pergerakan harga pangan jelang akhir tahun, mengingat permintaan biasanya meningkat pada masa liburan dan perayaan hari besar. TPID menegaskan bahwa pengawasan distribusi harus diperketat untuk mencegah aksi spekulasi maupun penimbunan oleh oknum tidak bertanggung jawab.
Selain operasi pasar, pemerintah juga bekerja sama dengan Bulog untuk memastikan ketersediaan beras tetap aman. Program Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan (SPHP) akan diperluas hingga ke wilayah-wilayah pinggiran untuk memastikan masyarakat dengan daya beli rendah tetap mendapatkan akses beras murah.
Ekonom di Riau menilai bahwa penurunan inflasi pangan ini memberikan ruang bagi masyarakat untuk meningkatkan konsumsi domestik. Peningkatan daya beli sangat penting untuk menjaga momentum pertumbuhan ekonomi di tengah tekanan global yang masih belum pulih sepenuhnya.
Di sisi lain, BPS menegaskan bahwa informasi harga harus tetap transparan dan mudah diakses masyarakat. Hal ini untuk mencegah kesenjangan informasi antara pasar produsen dan pasar konsumen, yang sering kali menjadi penyebab lonjakan harga secara tiba-tiba.
Jika tidak ada gangguan besar pada sisi distribusi dan cuaca, BPS memperkirakan tren stabilnya harga pangan di Riau dapat berlanjut dalam beberapa minggu ke depan. Namun pemerintah tetap diingatkan untuk mempersiapkan langkah antisipatif menghadapi potensi kenaikan harga saat periode liburan akhir tahun.
Dengan data terbaru dari BPS ini, masyarakat Riau kini dapat sedikit bernapas lega, meski tetap harus berhati-hati terhadap perubahan harga yang dapat berlangsung cepat. Pemerintah memastikan koordinasi lintas sektor akan terus diperkuat demi menjaga kestabilan pasar dan melindungi daya beli masyarakat di seluruh wilayah Riau.(***)
Tags: #EkonomiRiau, #Impor2025, #IndustriRiau, #PerdaganganRiau, #BPSRiau,
Foto caption: Aktivitas bongkar muat di pelabuhan Riau tampak stabil meski tren impor menurun sepanjang 2025.






