matabangsa.com – Medan : Bencana banjir dan longsor yang melanda Provinsi Aceh sepanjang Desember 2025 telah memaksa ratusan ribu warga meninggalkan tempat tinggal mereka. Berdasarkan data resmi Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) per 26 Desember 2025, jumlah warga yang mengungsi akibat bencana ini mencapai sekitar 436.900 jiwa, tersebar di 18 kabupaten dan kota.
Kondisi pengungsian menjadi gambaran nyata besarnya dampak bencana hidrometeorologi yang terjadi secara beruntun. Hujan dengan intensitas tinggi yang mengguyur wilayah Aceh selama beberapa hari menyebabkan meluapnya sungai, banjir bandang, serta longsor di daerah perbukitan dan pegunungan.
Kabupaten Aceh Utara tercatat sebagai wilayah dengan jumlah pengungsi terbanyak. BNPB mencatat lebih dari 166.900 jiwa warga Aceh Utara harus mengungsi ke lokasi aman. Ribuan rumah terendam banjir, sementara sejumlah desa terisolasi akibat putusnya akses jalan dan jembatan.
Selain Aceh Utara, Aceh Tengah juga menjadi salah satu daerah terdampak paling parah. Wilayah ini menghadapi kombinasi banjir dan longsor yang merusak permukiman warga, lahan pertanian, serta fasilitas umum. Ribuan warga di Aceh Tengah terpaksa mengungsi karena rumah mereka tidak lagi layak huni.
BNPB mencatat wilayah lain yang mengalami lonjakan pengungsi antara lain Aceh Timur, Pidie Jaya, Bireuen, Aceh Tamiang, dan Gayo Lues. Di kabupaten-kabupaten tersebut, banjir merendam rumah warga hingga berhari-hari, memaksa masyarakat bertahan di pengungsian dengan kondisi terbatas.
Para pengungsi menempati berbagai lokasi darurat, seperti balai desa, sekolah, rumah ibadah, gedung olahraga, hingga tenda-tenda pengungsian. BNPB bersama pemerintah daerah berupaya memastikan lokasi pengungsian aman, meski di sejumlah titik masih menghadapi keterbatasan fasilitas dasar.
Kelompok rentan menjadi perhatian utama dalam penanganan pengungsian. Anak-anak, lansia, ibu hamil, dan penyandang disabilitas membutuhkan perlindungan khusus. BNPB mencatat ribuan balita dan lansia berada di lokasi pengungsian dan memerlukan layanan kesehatan serta gizi yang memadai.
Untuk memenuhi kebutuhan dasar pengungsi, BNPB bersama TNI, Polri, BPBD, dan relawan menyalurkan bantuan logistik berupa makanan siap saji, beras, air bersih, selimut, matras, serta perlengkapan bayi. Dapur umum didirikan di sejumlah titik guna menjamin ketersediaan makanan bagi para pengungsi.
Namun, distribusi bantuan di beberapa wilayah masih menghadapi kendala. Rusaknya 49 jembatan dan 22 ruas jalan akibat banjir dan longsor membuat akses menuju sejumlah desa terdampak menjadi sulit. Kondisi ini menyebabkan pengiriman logistik ke wilayah terpencil membutuhkan waktu lebih lama.
10. Di tengah kondisi darurat, BNPB terus berkoordinasi dengan pemerintah daerah untuk mempercepat penanganan pengungsian. Upaya dilakukan dengan menambah tenda hunian sementara, memperkuat layanan kesehatan di pengungsian, serta memastikan ketersediaan air bersih dan sanitasi.
BNPB juga mengimbau masyarakat yang masih berada di wilayah rawan banjir dan longsor agar tetap waspada. Curah hujan di Aceh diperkirakan masih tinggi, sehingga potensi bencana susulan masih dapat terjadi. Warga diminta mengikuti arahan petugas dan tidak kembali ke rumah sebelum dinyatakan aman.
Besarnya jumlah pengungsi akibat banjir dan longsor ini menunjukkan bahwa bencana Aceh telah memasuki fase darurat kemanusiaan yang serius. BNPB menegaskan bahwa selain penanganan pengungsian jangka pendek, pemerintah akan menyiapkan langkah rehabilitasi dan rekonstruksi agar para pengungsi dapat segera kembali ke kehidupan normal secara bertahap dan aman.(***)
Tags: #PengungsiAceh, #BanjirAceh, #LongsorAceh, #BNPB, #AcehDarurat
Caption Foto: Warga terdampak banjir dan longsor mengungsi ke lokasi aman di sejumlah kabupaten di Aceh, berdasarkan data BNPB per 26 Desember 2025.






