matabangsa.com – Medan : Bencana banjir dan longsor yang melanda Provinsi Aceh pada Desember 2025 tidak hanya menimbulkan korban jiwa dan pengungsian massal, tetapi juga menyebabkan kerusakan serius pada fasilitas umum. Data resmi Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) per 26 Desember 2025 mencatat ribuan fasilitas publik mengalami kerusakan dengan tingkat ringan hingga berat di 18 kabupaten dan kota terdampak.
Kerusakan fasilitas umum ini berdampak langsung pada lumpuhnya layanan dasar masyarakat. Akses kesehatan, pendidikan, transportasi, hingga pelayanan pemerintahan terganggu akibat banjir berkepanjangan dan longsor yang memutus jalur penghubung antardaerah.
BNPB mencatat sebanyak 141 fasilitas kesehatan mengalami kerusakan akibat bencana. Kerusakan tersebut meliputi puskesmas, puskesmas pembantu, hingga fasilitas layanan kesehatan tingkat desa. Beberapa fasilitas tidak dapat beroperasi karena terendam banjir, sementara sebagian lainnya mengalami kerusakan struktur akibat longsor.
Kondisi ini memperparah situasi darurat, terutama bagi warga yang mengalami luka-luka maupun pengungsi yang membutuhkan layanan medis rutin. Tenaga kesehatan terpaksa membuka layanan darurat di lokasi pengungsian dengan peralatan terbatas sambil menunggu perbaikan fasilitas kesehatan permanen.
Selain fasilitas kesehatan, sektor pendidikan juga terdampak signifikan. BNPB mencatat 1.312 fasilitas pendidikan rusak, mulai dari sekolah dasar hingga sekolah menengah. Banyak ruang kelas terendam lumpur, peralatan belajar rusak, dan aktivitas belajar mengajar terpaksa dihentikan sementara.
Di beberapa wilayah seperti Aceh Utara, Aceh Tengah, Bireuen, Pidie Jaya, dan Aceh Tamiang, sekolah bahkan difungsikan sebagai lokasi pengungsian. Akibatnya, ribuan siswa tidak dapat mengikuti proses pembelajaran, menambah dampak jangka panjang dari bencana terhadap dunia pendidikan di Aceh.
Kerusakan juga terjadi pada rumah ibadah, yang selama ini menjadi pusat aktivitas sosial masyarakat. BNPB mencatat sebanyak 634 rumah ibadah mengalami kerusakan, baik ringan maupun berat. Sejumlah masjid dan musala terendam banjir, sementara beberapa bangunan rusak akibat longsor di wilayah perbukitan.
Infrastruktur transportasi menjadi salah satu sektor paling terdampak. Data BNPB menunjukkan 49 jembatan rusak dan 22 ruas jalan mengalami kerusakan serius. Putusnya jembatan dan tertimbunnya jalan oleh longsor mengisolasi sejumlah desa, menyulitkan distribusi bantuan logistik dan evakuasi warga.
Kerusakan infrastruktur ini sangat terasa di wilayah pedalaman seperti Aceh Tengah dan Gayo Lues, di mana jalur alternatif terbatas. Alat berat dikerahkan untuk membuka akses, namun kondisi cuaca yang masih ekstrem membuat proses perbaikan berjalan bertahap.
Selain itu, sejumlah gedung perkantoran pemerintahan juga dilaporkan mengalami kerusakan akibat genangan air dan lumpur. Aktivitas pelayanan publik di beberapa kecamatan terpaksa dipindahkan ke lokasi sementara agar tetap dapat melayani masyarakat terdampak bencana.
BNPB bersama pemerintah daerah terus melakukan pendataan dan verifikasi tingkat kerusakan fasilitas umum. Langkah ini menjadi dasar dalam penyusunan rencana rehabilitasi dan rekonstruksi, termasuk penentuan prioritas perbaikan fasilitas kesehatan, pendidikan, dan infrastruktur transportasi.
BNPB menegaskan bahwa pemulihan fasilitas umum menjadi kunci percepatan pemulihan pascabencana di Aceh. Tanpa layanan kesehatan, pendidikan, dan infrastruktur yang memadai, proses pemulihan kehidupan masyarakat akan berjalan lambat. Oleh karena itu, pemerintah pusat dan daerah berkomitmen mempercepat perbaikan agar layanan publik dapat kembali berfungsi normal secara bertahap dan berkelanjutan.(***)
Tags: #KerusakanFasilitas, #BanjirAceh, #LongsorAceh, #BNPB, #PemulihanAceh
Caption Foto: Kondisi fasilitas umum yang rusak akibat banjir dan longsor di sejumlah kabupaten di Aceh berdasarkan data BNPB per 26 Desember 2025.






