matabangsa.com – Medan : Bencana banjir dan longsor yang melanda Provinsi Aceh pada Desember 2025 meninggalkan dampak besar terhadap sektor perumahan warga. Berdasarkan data resmi Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) per 26 Desember 2025, tercatat puluhan ribu rumah penduduk mengalami kerusakan dengan tingkat ringan hingga berat di 18 kabupaten dan kota terdampak.
BNPB mencatat total 115.678 unit rumah warga rusak akibat banjir dan longsor. Dari jumlah tersebut, sebanyak 38.730 rumah mengalami rusak berat, 51.146 rumah rusak ringan, dan 25.802 rumah rusak sedang. Kerusakan masif ini menyebabkan ratusan ribu warga kehilangan tempat tinggal dan terpaksa mengungsi.
Kabupaten Aceh Utara menjadi wilayah dengan dampak kerusakan rumah paling signifikan. Ribuan rumah di daerah dataran rendah dan bantaran sungai terendam banjir hingga ketinggian lebih dari satu meter. Banyak bangunan rusak parah akibat arus air yang deras dan genangan yang berlangsung selama berhari-hari.
Selain Aceh Utara, wilayah Aceh Timur, Bireuen, Pidie Jaya, Aceh Tengah, dan Aceh Tamiang juga melaporkan kerusakan rumah dalam jumlah besar. Di Aceh Tengah dan wilayah perbukitan lainnya, longsor merusak rumah warga yang berada di lereng bukit, bahkan sebagian bangunan tertimbun material tanah dan bebatuan.
Kerusakan rumah warga tidak hanya berdampak pada hilangnya tempat tinggal, tetapi juga menghancurkan harta benda dan sumber penghidupan. Banyak warga kehilangan perabot rumah tangga, hasil panen, serta peralatan kerja yang tersapu banjir atau tertimbun longsor, memperparah beban ekonomi pascabencana.
BNPB mencatat sebagian besar rumah rusak berat tidak lagi layak huni dan membutuhkan pembangunan kembali secara menyeluruh. Sementara itu, rumah dengan kategori rusak sedang dan ringan masih memerlukan perbaikan struktural agar aman ditempati. Kondisi ini membuat proses pemulihan hunian menjadi tantangan besar bagi pemerintah daerah.
Untuk mengatasi krisis hunian, BNPB bersama pemerintah daerah menyediakan hunian sementara (huntara) bagi warga yang rumahnya rusak berat. Tenda-tenda darurat dan bangunan sementara didirikan di berbagai lokasi aman untuk menampung pengungsi sambil menunggu proses rehabilitasi dan rekonstruksi.
Namun, keterbatasan lahan dan tingginya jumlah rumah rusak membuat penyediaan hunian sementara belum sepenuhnya mencukupi. Sebagian warga masih bertahan di rumah yang rusak ringan dengan kondisi terbatas, sementara yang lain mengungsi ke rumah kerabat atau fasilitas umum.
9. BNPB menegaskan bahwa pendataan kerusakan rumah menjadi prioritas utama. Proses verifikasi lapangan dilakukan secara bertahap untuk memastikan kategori kerusakan dan menentukan besaran bantuan stimulan perumahan yang akan diberikan kepada warga terdampak.
Pemerintah pusat bersama pemerintah daerah Aceh tengah menyiapkan rencana rehabilitasi dan rekonstruksi perumahan. Fokus utama diarahkan pada pembangunan rumah tahan banjir dan longsor, serta relokasi bagi warga yang tinggal di zona rawan bencana guna mencegah risiko berulang di masa mendatang.
BNPB juga mengimbau masyarakat agar tidak kembali menempati rumah yang mengalami kerusakan berat sebelum dilakukan pemeriksaan kelayakan bangunan. Langkah ini penting untuk mencegah jatuhnya korban tambahan akibat runtuhnya bangunan atau bencana susulan.
Kerusakan puluhan ribu rumah akibat banjir dan longsor Aceh ini menjadi pengingat pentingnya penataan kawasan permukiman yang lebih aman dan berkelanjutan. BNPB menegaskan bahwa pemulihan hunian warga bukan hanya soal membangun kembali rumah, tetapi juga membangun ketahanan masyarakat agar lebih siap menghadapi bencana di masa depan.(***)
Tags: #RumahRusak,#BanjirAceh,#LongsorAceh,#BNPB,#PemulihanHunian
Caption Foto: Rumah warga rusak akibat banjir dan longsor di sejumlah kabupaten di Aceh berdasarkan data BNPB per 26 Desember 2025.






