Matabangsa.com – Tulungagung : Dengue merupakan penyakit infeksi virus yang di tularkan melalui nyamuk dan menjadi masalah kesehatan masyarakat di dunia ( World Health Organization (WHO ) 2021. Dan pada awal tahun 2020, WHO memasukkan dengue sebagai salah satu ancaman kesehatan global di antara 10 penyakit lainnya ( WHO ,2021).
Kepala Puskesmas Pucung Tulungagung, Rusdiana Setyo Lasmowati, S.K.M megatakan, penyakit ini merupakan salah satu penyakit menular berbahaya yang penularan nya melalui gigitan nyamuk aedes aegypty.
“Nyamuk aedes aegypty banyak berkembang biak ditempat – tempat yang tergenang air sehingga penyakit DBD ini biasanya menyerang di musim penghujan terutama pada daerah – daerah perkotaan dan pemukiman kumuh,” kata Rusdiana kepada Matabngsa.com.
Biasanya nyamuk menggigit pada pagi dan sore hari. Dan prevalensi penyakit DBD lebih banyak menyerang pada anak usia sekolah.
“Penyakit ini termasuk penyakit menular dan di tularkan melalui gigitan nyamuk,” lanjut Rusdiana.
Lebih lanjut Rusdiana menerangkan, jika kebijakan nasional untuk pengendalian DBD ini dilaksanakan sesuai KEPMENKES Strategi Nasional Penanggulangan Dengue tahun 2021-2025 tentang program penanggulangan dengue.
“Yakni meningkatkan upaya pencegahan kejadian dengue yang efektif, meningkatkan akses masyarakat terhadap tatalaksana dengue yang berkualitas, serta menguatkan surveilans dan respons terhadap kejadian dengue dan KLB,” jelasnya.
Tidak hanya itu, menurut Rusdiana peningkatkan kepedulian dan partisipasi masyarakat yang berkesinambungan terhadap penanggulangan dengue juga sangat penting.
“Penyakit DBD merupakan salah satu penyakit yang menjadi masalah kesehatan serius di masyarakat karena jumlah kasusnya semakin meningkat dan sering menimbulkan KLB (Kejaduan Luar Biasa),” ungkapnya.
Menurut Rusdiana peningkatan kasus dan KLB DBD ini dipengaruhi beberapa faktor, antara lain karena belum ada obat anti virus untuk mengatasi infeksi virus dengue.
“Maka untuk memutus mata rantai penularan, pengendalian vektor DBD dianggap yang terpenting saat ini,” tambahnya.
Resistensi insektisida semakin meluas, fenomena transovarial semakin sering ditemukan, sehingga pemberantasan jentik dengan cara PSN 3M plus merupakan cara yang paling efektif untuk dilakukan.
Selain itu strategi pendekatan keluarga juga sangat penting dilakukan untuk pencegahan dan pengendalian DBD sehingga gerakan 1 rumah 1 jumantik perlu diterapkan terutama didaerah endemis penularan DBD.
Masih menurut Rusdiana, dengan meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pencegahan dan pengendalian DBD ini, diharapkan bisa menurunkan jumlah kelompok masyarakat yang beresiko terhadap penularan DBD.
“Sehingga bisa menurunkan angka kesakitan dan kematian akibat DBD,” bebernya.
Untuk diketahui, secara rutin Puskesmas Pucung selalu melakukan pencegahan penularan penyakit DBD dengan melakukan penaburan larvasida di tempat – tempat penampungan air di rumah warga masyarakat yang berada di wilayah kerjanya. Dan kegiatan ini di laksanakan bersama pemegang wilayah serta kader Jumantik desa setempat.(git)