matabangsa.com – Medan : Bencana banjir dan longsor yang melanda Provinsi Aceh sejak pertengahan Desember 2025 telah menimbulkan dampak kemanusiaan yang sangat besar. Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mencatat hingga 26 Desember 2025, jumlah korban meninggal dunia mencapai 504 jiwa, sementara 31 orang dinyatakan hilang dan masih dalam proses pencarian oleh tim gabungan.
Selain korban meninggal dan hilang, BNPB juga mencatat lebih dari 1.200 warga mengalami luka-luka, baik luka ringan maupun luka berat. Para korban luka sebagian besar telah mendapatkan penanganan medis di fasilitas kesehatan terdekat maupun pos kesehatan darurat yang didirikan di lokasi pengungsian.
Dampak bencana banjir dan longsor ini meluas ke 18 kabupaten dan kota di Aceh. Sejumlah wilayah tercatat sebagai daerah terdampak parah, di antaranya Aceh Tamiang, Bireuen, Aceh Tengah, Pidie Jaya, Aceh Utara, Aceh Timur, dan Gayo Lues. Wilayah-wilayah tersebut mengalami banjir dengan ketinggian air bervariasi serta longsor yang menutup akses jalan dan permukiman warga.
BNPB melaporkan jumlah warga terdampak yang harus mengungsi mencapai sekitar 436.900 jiwa. Ribuan keluarga terpaksa meninggalkan rumah mereka untuk menyelamatkan diri ke tempat yang lebih aman, seperti balai desa, sekolah, masjid, dan tenda-tenda pengungsian yang disiapkan oleh pemerintah daerah dan relawan.
Kabupaten Aceh Utara menjadi wilayah dengan jumlah pengungsi terbanyak, mencapai lebih dari 166 ribu jiwa. Kondisi serupa juga terjadi di Aceh Tengah, Aceh Timur, dan Pidie Jaya, di mana banjir merendam permukiman selama berhari-hari dan memutus aktivitas masyarakat.
Dari sisi kerusakan fisik, BNPB mencatat 115.678 unit rumah warga mengalami kerusakan, baik rusak ringan, sedang, maupun berat. Rinciannya, sebanyak 38.730 rumah rusak berat, 25.802 rumah rusak sedang, dan 51.146 rumah rusak ringan, yang membuat banyak warga kehilangan tempat tinggal.
Tidak hanya permukiman, bencana ini juga merusak berbagai fasilitas umum dan sosial. BNPB mencatat 141 fasilitas kesehatan rusak, termasuk puskesmas dan klinik. Selain itu, 1.312 fasilitas pendidikan seperti sekolah dasar hingga menengah turut terdampak, sehingga proses belajar mengajar terpaksa dihentikan sementara.
Dampak bencana juga terasa pada sarana keagamaan dan pemerintahan. Sebanyak 634 rumah ibadah dilaporkan mengalami kerusakan, sementara puluhan gedung kantor pemerintahan di beberapa kabupaten terdampak banjir dan longsor, menghambat pelayanan publik.
Infrastruktur transportasi turut mengalami kerusakan serius. BNPB mencatat 49 jembatan rusak atau putus akibat terjangan banjir dan longsor, serta 22 ruas jalan mengalami kerusakan berat. Kondisi ini menyulitkan distribusi bantuan logistik dan evakuasi korban ke wilayah-wilayah terisolasi.
Dalam penanganan darurat, BNPB bersama pemerintah daerah, TNI, Polri, dan relawan terus melakukan upaya pencarian dan pertolongan korban hilang, pendistribusian logistik, serta pelayanan kesehatan di lokasi pengungsian. Bantuan berupa makanan siap saji, air bersih, selimut, obat-obatan, dan kebutuhan dasar lainnya terus disalurkan.
BNPB mengimbau masyarakat di wilayah rawan banjir dan longsor untuk tetap waspada, mengingat curah hujan di Aceh masih tergolong tinggi. Warga diminta mengikuti arahan petugas, segera mengungsi jika kondisi memburuk, dan tidak memaksakan diri kembali ke rumah sebelum dinyatakan aman.
Bencana banjir dan longsor yang melanda Aceh ini menjadi salah satu kejadian terparah sepanjang 2025. BNPB menegaskan bahwa selain penanganan darurat, pemerintah juga akan menyiapkan langkah rehabilitasi dan rekonstruksi jangka panjang agar masyarakat terdampak dapat segera bangkit dan memulihkan kehidupan mereka secara bertahap.(***)
Tags: #BanjirAceh, #LongsorAceh, #BNPB,#BencanaNasional, AcehDarurat
Caption Foto: Peta dampak banjir dan longsor di Provinsi Aceh berdasarkan Dashboard BNPB per 26 Desember 2025.






