Matabangsa.com – Medan: Pemerintah Provinsi Sumatera Utara merilis data terbaru kejadian bencana yang berlangsung sepanjang 27 November hingga 12 Desember 2025. Bencana banjir, longsor, dan cuaca ekstrem menyebabkan kerusakan besar pada berbagai sektor dan melumpuhkan aktivitas masyarakat di 14 kabupaten dan 5 kota. Laporan ini menunjukkan skala kerusakan yang sangat luas dan kebutuhan respons cepat dari seluruh instansi terkait.
Berdasarkan data resmi, tercatat 464.328 kepala keluarga atau 1.758.283 jiwa terdampak langsung oleh bencana.
Banyak desa terisolasi akibat longsor yang memutus jalan, sementara sejumlah wilayah mengalami banjir besar yang merendam ribuan rumah serta fasilitas umum. Kondisi ini membuat sejumlah daerah menetapkan status tanggap darurat.
Selain warga terdampak yang sangat besar jumlahnya, sebanyak 55.672 jiwa atau 13.607 kepala keluarga terpaksa mengungsi ke tempat yang lebih aman.
Banyak dari mereka menggunakan tenda darurat, balai desa, serta gedung sekolah sebagai lokasi penampungan sementara. Pemerintah daerah saat ini masih mendata kebutuhan pengungsi.
Laporan ini juga menunjukkan 343 jiwa meninggal dunia akibat kejadian bencana dalam periode tersebut. Selain itu, 699 warga mengalami luka-luka dengan berbagai tingkat keparahan, sementara 97 orang masih dinyatakan hilang.
Tim SAR gabungan terus melakukan pencarian terutama di area longsor yang sulit dijangkau.
Kerusakan infrastruktur menjadi sorotan utama. Jalan nasional mengalami 213 titik longsor dengan 23 ruas yang tidak dapat dilalui. Jalan provinsi tercatat mengalami 117 titik longsor, sementara jalan kabupaten/kota mengalami kerusakan di 169 titik.
Kondisi ini menghambat pengiriman logistik dan memperlambat proses evakuasi warga.
Selain kerusakan jalan, puluhan jembatan di Sumatera Utara mengalami kerusakan ringan hingga berat.
Total kerugian infrastruktur diperkirakan mencapai Rp2,6 triliun. Pemerintah provinsi saat ini mengerahkan alat berat untuk membuka akses jalur vital yang terputus.
Kerusakan juga meluas pada sektor perumahan.
Sebanyak 28.708 unit rumah warga dilaporkan rusak dengan tingkat kerusakan bervariasi. Banyak permukiman tidak lagi layak huni setelah diterjang banjir dan tertimbun material longsor.
Pemerintah menyiapkan tahap awal rehabilitasi dengan fokus pada daerah paling parah.
Di sektor sosial, fasilitas pendidikan menjadi salah satu yang mengalami kerugian besar. Lebih dari 557 sekolah dari tingkat SD hingga SMA rusak sehingga kegiatan belajar mengajar terhenti.
Anak-anak harus dipindahkan ke sekolah terdekat atau menjalani pembelajaran darurat.
Fasilitas kesehatan juga terdampak signifikan dengan kerusakan pada 18 rumah sakit dan 25 puskesmas. Banyak alat medis penting rusak atau terendam banjir.
Kerugian sektor kesehatan diperkirakan mencapai Rp181,83 miliar. Pemerintah daerah kini menyiapkan layanan kesehatan lapangan untuk mengantisipasi peningkatan penyakit pascabencana.
Dari sektor ekonomi, lahan pertanian dan usaha mikro menjadi yang paling terpukul. Lebih dari 42.000 hektare lahan pertanian terdampak banjir, sementara 17.622 hektare mengalami puso.
Sebanyak 240.347 UMKM terdampak dengan total kerugian mencapai Rp4,48 triliun. Banyak usaha kecil kehilangan aset dan stok barang dagangan.
Untuk penanganan darurat, pemerintah mengerahkan bantuan melalui Hanger Lanud Soewondo dan Posko Bencana Sumut. Hingga 12 Desember 2025, total bantuan mencapai 367,6 ton yang terdiri dari makanan, perlengkapan bayi, tenda, obat-obatan, dan logistik lainnya.
Pemerintah Provinsi Sumatera Utara menegaskan bahwa operasi penanganan bencana dilakukan melalui koordinasi lintas instansi dengan fokus utama pada evakuasi korban, pembukaan akses jalan, dan pemulihan layanan publik.
Pemerintah mengimbau warga tetap waspada karena cuaca ekstrem masih berpotensi terjadi dalam beberapa minggu ke depan. (***)






