Impor Barang Modal Jakarta Melonjak 16,83 Persen, Sinyal Kuat Ekspansi Industri Sepanjang 2025

Ekonomi, Nasional55 Dilihat

matabangsa.com – Jakarta | BPS DKI Jakarta mencatat terjadinya peningkatan impor barang modal menjadi salah satu sorotan utama dalam laporan perkembangan impor Jakarta periode Januari–Oktober 2025. Nilai impor barang modal tercatat naik signifikan hingga mencapai US$ 2.530,19 juta atau 16,83 persen dibanding periode yang sama tahun sebelumnya. Lonjakan besar ini dianggap sebagai sinyal positif bahwa pelaku industri di Jakarta sedang memperbesar kapasitas produksi dan meningkatkan modernisasi fasilitas penunjang.

Barang modal yang diimpor didominasi oleh mesin dan peralatan mekanis, peralatan elektrik, hingga komponen kendaraan. Komoditas-komoditas tersebut berperan penting sebagai pendukung utama sektor industri, mulai dari manufaktur, otomotif, elektronik, konstruksi, hingga logistik. Data tersebut mencerminkan bahwa Jakarta terus menjadi pusat pertumbuhan kegiatan industri di kawasan barat Indonesia.

Selain barang modal, impor bahan baku dan penolong tetap menjadi kelompok terbesar dalam struktur impor Jakarta dengan nilai mencapai US$ 39.948,28 juta atau menyumbang 60,62 persen dari total impor. Meski kenaikannya relatif kecil yakni 0,17 persen, dominasi golongan barang ini menunjukkan kuatnya aktivitas produksi yang membutuhkan pasokan bahan baku berkelanjutan. Pertumbuhan ini turut memperlihatkan industri masih menjadi pilar utama perekonomian Jakarta.

Pertumbuhan impor bahan baku didorong oleh meningkatnya nilai impor mesin dan perlengkapan elektrik beserta bagiannya yang naik US$ 641,61 juta atau 16,85 persen. Selain itu, mesin dan peralatan mekanis juga mencatat kenaikan impor sebesar US$ 191,70 juta atau 4,82 persen. Kedua komoditas ini merupakan tulang punggung banyak sektor industri berskala besar maupun menengah.

Sementara itu, impor barang konsumsi mencatat nilai sebesar US$ 8.385,40 juta atau berkontribusi 12,73 persen terhadap total impor Jakarta. Nilai impor barang konsumsi naik 3,25 persen dibanding Januari–Oktober 2024. Komoditas konsumsi yang mengalami kenaikan tertinggi adalah daging hewan dengan lonjakan US$ 174,63 juta atau 29,44 persen, serta susu, mentega, dan telur yang meningkat US$ 108,90 juta atau 24,42 persen.

Peningkatan impor barang konsumsi menunjukkan tingginya kebutuhan masyarakat urban terhadap komoditas pangan dan produk konsumsi lainnya. BPS menilai bahwa lonjakan ini turut mencerminkan perbaikan daya beli masyarakat Jakarta seiring membaiknya kondisi ekonomi pada 2025. Peningkatan konsumsi tersebut juga berdampak pada bertambahnya pasokan barang impor di berbagai ritel modern dan pasar tradisional.

Jika melihat struktur komoditas, sepuluh kelompok impor utama secara keseluruhan mengalami pertumbuhan sebesar US$ 2.597,60 juta atau 6,34 persen. Mesin dan peralatan mekanis masih menjadi komoditas impor terbesar dengan kontribusi 18,49 persen terhadap total impor Jakarta. Komoditas ini menjadi penopang utama bagi industri manufaktur dan konstruksi yang aktif berekspansi sepanjang 2025.

Lonjakan terbesar dalam kelompok komoditas utama adalah kendaraan dan bagiannya yang naik US$ 1.524,84 juta atau 26,23 persen. Selain melayani kebutuhan sektor otomotif, impor kendaraan berperan penting dalam distribusi barang, transportasi publik, hingga operasional logistik. Peningkatan permintaan kendaraan juga dipicu oleh tumbuhnya usaha transportasi online dan perdagangan digital.

Selain itu, impor mesin dan perlengkapan elektrik juga meningkat signifikan hingga US$ 958,43 juta atau 13,78 persen. Kenaikan ini tidak terlepas dari meningkatnya investasi pada data center, infrastruktur digital, dan kebutuhan rumah tangga modern yang memicu permintaan peralatan elektronik. Jakarta sebagai pusat ekonomi digital mendorong peningkatan permintaan peralatan elektrik dalam jumlah besar.

Pertumbuhan impor barang modal dan bahan baku langsung berdampak pada industrialisasi di Jakarta. Para pengusaha memanfaatkan kenaikan impor barang modal untuk memperluas pabrik, memperbarui mesin lama, serta meningkatkan produktivitas. Pemerintah melihat tren ini sebagai fondasi penting untuk menciptakan lebih banyak lapangan pekerjaan dan memperkuat struktur industri dalam jangka panjang.

Meski demikian, peningkatan impor juga menghadirkan tantangan tersendiri. Pemerintah perlu memastikan bahwa lonjakan impor barang modal dan konsumsi tidak menyebabkan ketergantungan berlebih terhadap produk luar negeri. Penguatan industri dalam negeri melalui diversifikasi produksi serta insentif bagi investasi domestik menjadi kunci untuk menyeimbangkan arus impor dan produksi lokal.

Secara keseluruhan, data impor Jakarta sepanjang 2025 menunjukkan geliat ekonomi yang solid dan berkelanjutan. Lonjakan impor barang modal mengindikasikan aktivitas industri yang semakin ekspansif, sementara pertumbuhan impor konsumsi menunjukkan kualitas daya beli masyarakat yang terus membaik. Dengan fondasi pertumbuhan yang kuat di sektor industri dan perdagangan, Jakarta diprediksi tetap menjadi pusat pertumbuhan ekonomi nasional dalam beberapa tahun ke depan.

Kelompok komoditas mesin dan perlengkapan elektrik juga mengalami lonjakan signifikan. Nilai impor kategori ini naik US$ 958,43 juta atau 13,78 persen. Peningkatan tersebut dipengaruhi oleh maraknya pengembangan pabrik elektronik, investasi data center, serta permintaan peralatan listrik rumah tangga yang terus meningkat di wilayah urban.

Komoditas mesin dan peralatan mekanis turut mencatat pertumbuhan positif dengan kenaikan US$ 752,61 juta atau 6,22 persen. Kenaikan permintaan terhadap komoditas ini berhubungan erat dengan geliat pembangunan infrastruktur dan ekspansi sektor manufaktur. Hal ini memperlihatkan bahwa investasi di sektor riil Jakarta menunjukkan tren meningkat.

Dalam kerangka negara asal impor, Tiongkok tetap mendominasi sebagai pemasok terbesar. Nilai impor dari Tiongkok mencapai US$ 28.427,08 juta atau 43,14 persen dari total impor Jakarta. Pertumbuhan impor dari negara tersebut mencapai 15,14 persen secara tahunan, memperlihatkan ketergantungan tinggi Jakarta terhadap barang-barang asal Tiongkok.

Jepang berada di posisi kedua dengan nilai US$ 6.860,80 juta atau 10,41 persen dari total impor. Sedangkan Thailand berada di posisi ketiga dengan kontribusi US$ 4.804,35 juta atau 7,29 persen. Ketiga negara ini mendominasi dan mengisi hampir separuh kebutuhan impor strategis bagi industri Jakarta, terutama kendaraan, elektronik, dan komponen mesin.

Jika ditinjau dari golongan penggunaan barang (BEC), impor barang modal mencatat peningkatan paling signifikan. Nilai impor barang modal naik US$ 2.530,19 juta atau 16,83 persen. Kenaikan ini mencerminkan meningkatnya pembangunan fasilitas produksi, perluasan kapasitas manufaktur, dan meningkatnya investasi sektor industri.

Berdasarkan data BPS, impor barang konsumsi juga mencatat kenaikan positif sebesar US$ 263,64 juta atau 3,25 persen. Sementara impor bahan baku dan penolong naik tipis sebesar 0,17 persen, namun tetap menjadi kelompok dominan dengan nilai impor mencapai US$ 39.948,28 juta atau 60,62 persen dari total impor Jakarta. Hal ini memperlihatkan bahwa industri masih menjadi motor utama pergerakan ekonomi daerah.(***)

Caption Foto: Deretan mesin industri yang baru diimpor terlihat di gudang kawasan industri Jakarta, menggambarkan meningkatnya impor barang modal sepanjang 2025.

Tags: #BarangModal, #Impor2025, #EkonomiJakarta, #IndustriNasional, #BPSIndonesia,

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *