Investigasi Distribusi Keuntungan Pangan: RMU Dominan, Petani Kembali Jadi Korban Struktur Menyimpang

Ekonomi45 Dilihat

matabangsa.com – Jakarta | Temuan terbaru mengenai distribusi keuntungan dalam Program Ketahanan Pangan membuka tabir ketimpangan yang selama ini tidak disadari publik. Diskusi tajam antara Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman dan Faisal Akbar dalam Podcast Faizal Akbar Uncensored, beberapa waktu lalu.mengungkap fakta mencengangkan.

Data grafik yang dipaparkan menunjukkan bahwa nilai produksi padi nasional sangat besar, namun tidak dinikmati oleh petani. Sebaliknya, industri penggilingan beras menjadi pihak paling diuntungkan.

Amran menyebut bahwa struktur distribusi nilai tambah dalam rantai pangan telah mengalami penyimpangan selama bertahun-tahun. Ia menilai petani terus dibiarkan berada pada posisi paling lemah.

Investigasi menemukan pabrik pupuk menjadi salah satu pihak yang paling banyak menikmati aliran subsidi. Padahal subsidi seharusnya diarahkan untuk membantu petani secara langsung.

Di sisi lain, Bulog yang seharusnya menjadi penyangga harga justru menerima margin sangat kecil. Hal ini menunjukkan lemahnya intervensi negara dalam melindungi petani.

Margin terbesar justru dinikmati pengusaha RMU yang menguasai distribusi beras pascapanen. Kondisi ini menandakan ketergantungan petani pada industri penggilingan.

Dalam banyak kasus, RMU berperan sebagai penentu harga, bukan sekadar pengolah gabah. Kekuasaan ini memberi mereka kemampuan menekan harga beli kepada petani.

Amran menilai dominasi RMU sebagai ancaman serius bagi stabilitas produksi. Ia menyebut bahwa jika margin industri terlalu besar, maka petani tidak akan termotivasi untuk terus menanam.

Faisal Akbar dalam diskusi mempertanyakan bagaimana pemerintah selama ini membiarkan ketimpangan seperti itu terjadi. Ia menyebut transparansi distribusi menjadi keharusan.

Investigasi lebih jauh menemukan praktik penguasaan pasar oleh kelompok penggilingan tertentu yang beroperasi secara terstruktur. Praktik ini mempersempit akses petani untuk menjual gabah dengan harga layak.

Ketimpangan distribusi keuntungan ini menurut Amran tidak hanya merugikan petani, tetapi juga membahayakan ketahanan pangan jangka panjang. Produksi tidak akan stabil tanpa kesejahteraan petani.

Amran menilai solusi utama adalah mengubah arah kebijakan agar lebih berpihak pada petani. Ia meminta pemerintah menata ulang struktur margin industri dan penyaluran subsidi.

Skema distribusi juga dinilai harus diaudit karena adanya kemungkinan kebocoran dan penyimpangan dana dalam rantai industri pangan.

Dalam podcast, Amran berulang kali menegaskan keberhasilan pangan harus diukur dari peningkatan pendapatan petani, bukan hanya angka produksi.

Ia menyebut bahwa ketimpangan distribusi adalah penyakit lama yang harus dibongkar habis jika pemerintah ingin benar-benar memperbaiki sistem pangan nasional.

Diskusi tersebut menutup dengan komitmen Amran untuk memperjuangkan perubahan kebijakan agar petani tidak terus menjadi korban struktur yang menyimpang.(***)

Tags:

#InvestigasiPertanian, #AmranSulaiman, #AkbarFaisalUncensored, #DistribusiKeuntungan, #RMU, #KetimpanganPangan, #PetaniIndonesia, #ReformasiPangan, #KebijakanPertanian

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *