Korban Jiwa Terus Bertambah, Banjir dan Longsor Aceh Telan Puluhan Nyawa

Aceh, Nasional1 Dilihat

matabangsa.com – Medan : Bencana banjir dan longssor yang melanda Provinsi Aceh sepanjang Desember 2025 tidak hanya menyebabkan kerusakan fisik dan krisis hunian, tetapi juga menimbulkan duka mendalam akibat jatuhnya korban jiwa. Berdasarkan data resmi Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) per 26 Desember 2025, jumlah korban meninggal, hilang, dan luka-luka terus mengalami peningkatan seiring proses pendataan di lapangan.

BNPB mencatat hingga 26 Desember 2025, sebanyak 67 orang meninggal dunia akibat rangkaian banjir dan longsor di Aceh. Korban jiwa tersebar di 18 kabupaten dan kota terdampak, dengan konsentrasi tertinggi berada di wilayah yang mengalami longsor di kawasan perbukitan dan banjir bandang di daerah aliran sungai.

Selain korban meninggal, 23 orang dilaporkan hilang dan masih dalam proses pencarian oleh tim SAR gabungan. Operasi pencarian melibatkan Basarnas, TNI, Polri, BPBD, serta relawan, dengan fokus utama pada titik-titik longsor dan area permukiman yang tertimbun material tanah dan lumpur.

BNPB juga mencatat 412 warga mengalami luka-luka, mulai dari luka ringan hingga luka berat. Sebagian besar korban luka mengalami cedera akibat tertimpa reruntuhan bangunan, terseret arus banjir, atau terjatuh saat proses evakuasi di medan yang sulit dan licin.

Wilayah Aceh Tengah dan Bener Meriah menjadi daerah dengan korban jiwa terbanyak akibat longsor. Curah hujan ekstrem menyebabkan lereng perbukitan menjadi labil, sehingga longsor terjadi secara tiba-tiba pada malam hari ketika sebagian warga sedang berada di dalam rumah.

Sementara itu, korban meninggal akibat banjir paling banyak tercatat di Aceh Utara, Bireuen, Pidie Jaya, dan Aceh Tamiang. Banyak korban ditemukan setelah terseret arus banjir bandang yang datang mendadak menyusul meluapnya sungai-sungai utama di wilayah tersebut.

Proses evakuasi korban menghadapi berbagai kendala, terutama akses jalan yang terputus akibat jembatan rusak dan longsor. Tim penyelamat harus menggunakan alat berat dan peralatan manual untuk menjangkau lokasi-lokasi yang terisolasi, sementara kondisi cuaca ekstrem masih terus berlanjut.

BNPB menegaskan bahwa proses pencarian korban hilang akan terus dilakukan hingga seluruh korban ditemukan. Penambahan personel dan peralatan berat dilakukan di lokasi-lokasi prioritas guna mempercepat evakuasi, sekaligus memastikan keselamatan petugas di lapangan.

Di sisi lain, fasilitas kesehatan di wilayah terdampak bekerja ekstra menangani korban luka. Beberapa rumah sakit dan puskesmas membuka layanan darurat selama 24 jam, sementara pasien dengan kondisi berat dirujuk ke rumah sakit rujukan di wilayah yang lebih aman.

BNPB juga mencatat bahwa sebagian korban jiwa berasal dari kelompok rentan, seperti anak-anak, lansia, dan perempuan. Kondisi ini menunjukkan tingginya risiko bencana terhadap kelompok yang memiliki keterbatasan mobilitas dan akses informasi saat bencana terjadi.

Pemerintah pusat bersama Pemerintah Aceh telah menetapkan status tanggap darurat di sejumlah kabupaten terdampak. Langkah ini dilakukan untuk mempercepat mobilisasi sumber daya, termasuk bantuan logistik, tenaga medis, serta dukungan psikososial bagi keluarga korban.

BNPB mengimbau masyarakat untuk tetap waspada terhadap potensi bencana susulan mengingat curah hujan di Aceh masih tinggi. Tragedi yang menelan puluhan korban jiwa ini menjadi pengingat pentingnya kesiapsiagaan, sistem peringatan dini, dan penataan kawasan rawan bencana guna mencegah jatuhnya korban lebih besar di masa mendatang.(***)

Tags: #KorbanBanjir, #LongsorAceh,#BNPB,#BencanaAceh,#TanggapDarurat

Caption Foto: Proses evakuasi korban banjir dan longsor di Aceh oleh tim SAR gabungan berdasarkan data BNPB per 26 Desember 2025.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *