matabangsa.com – Pekanbaru | BPS Riau mencatat bahwa komoditas lemak dan minyak hewan/nabati menjadi penyumbang terbesar dalam pertumbuhan ekspor Riau sepanjang Januari–Oktober 2025. Komoditas unggulan tersebut tumbuh tajam sebesar 37,21 persen atau mencapai US$2.606,61 juta.
Lonjakan ini menjadikan sektor minyak nabati sebagai penopang utama kinerja ekspor nonmigas Riau, yang juga mencatat kenaikan signifikan sebesar 24,16 persen pada periode yang sama. Kenaikan permintaan global terhadap minyak sawit menjadi faktor utama terdongkraknya nilai ekspor tahun ini.
BPS menjelaskan bahwa pasar utama minyak nabati Riau masih terkonsentrasi di Tiongkok, India, Malaysia, serta negara-negara ASEAN. Permintaan yang stabil dari industri pangan dan oleokimia turut menjaga kekuatan ekspor.
Selain minyak nabati, beberapa komoditas lain juga mencatat peningkatan positif. Berbagai produk kimia tumbuh 41,97 persen, sedangkan bahan kimia organik meningkat hingga 70,64 persen. Kondisi ini memperkuat struktur industri pengolahan Riau sebagai sektor strategis.
Meski demikian, sejumlah komoditas mengalami penurunan seperti ampas industri makanan yang turun 61,97 persen. Penurunan ini dianggap wajar karena pergeseran kebutuhan pasar dan fluktuasi harga.
Peningkatan signifikan pada komoditas minyak nabati diyakini akan menstimulasi hilirisasi industri sawit di Riau. Pemerintah daerah mendorong peningkatan kapasitas produksi dan diversifikasi produk turunan sawit agar daya saing tetap terjaga.
Di sisi negara tujuan, Riau mencatat ekspor nonmigas terbesar ke Tiongkok senilai US$2.692,69 juta. Selain itu, Malaysia dan India juga memberikan kontribusi besar bagi pasar minyak nabati Riau.
Pertumbuhan ekspor ke Bangladesh dan Brazil yang melonjak lebih dari 100 persen juga menjadi bukti bahwa pasar sawit Riau semakin meluas secara global. Negara-negara tersebut menambah ceruk pasar baru yang strategis.
Pada Oktober 2025, ekspor minyak nabati masih terbukti stabil meski total ekspor nonmigas turun 4,10 persen. Komoditas ini masih menjadi tulang punggung perdagangan Riau di tengah ketidakpastian ekonomi global.
BPS menegaskan bahwa minyak nabati berada dalam kategori komoditas dengan daya tahan tinggi. Karena permintaan dunia terus tumbuh, komoditas ini tetap menjadi andalan ekspor Riau hingga akhir 2025.
Namun demikian, tantangan tetap ada. Negara-negara Eropa memperketat regulasi terkait komoditas berbasis sawit. Hal ini memaksa pelaku usaha di Riau beradaptasi dengan standar global yang lebih ketat.
Pemerintah provinsi melalui kebijakan agribisnis berkelanjutan berupaya meningkatkan kualitas dan sertifikasi produk minyak nabati. Langkah ini diharapkan meningkatkan penerimaan pasar internasional.
Selain itu, beberapa perusahaan besar di Riau mulai meningkatkan investasi dalam pengolahan lanjutan. Produk turunan bernilai tinggi menjadi fokus untuk mendorong ekspor yang lebih stabil.
Harga CPO di pasar dunia yang mulai pulih juga mendukung kenaikan nilai ekspor minyak nabati Riau. Stabilitas harga menjadi faktor penting yang memengaruhi neraca perdagangan daerah.
BPS memprediksi bahwa komoditas minyak nabati masih akan menjadi mesin pertumbuhan ekspor pada 2026. Ketersediaan bahan baku yang melimpah serta kapasitas produksi yang besar menjadi modal kuat.
Dengan dominasi yang sangat besar, minyak nabati berkontribusi lebih dari sepertiga total nilai ekspor nonmigas Riau. Ke depan, diversifikasi pasar dan peningkatan kualitas produk akan tetap menjadi kunci.(***)
Tags: ekspor Riau, BPS Riau, perdagangan internasional, ekonomi 2025, ekspor nonmigas
Foto Caption: Petugas BPS Riau memperlihatkan grafik perkembangan ekspor nonmigas Riau periode Januari–Oktober 2025 yang dirilis pada 1 Desember 2025. Screenshot BPS Riau






