matabangsa.com – Medan: Provinsi Bali kembali mencatatkan kontribusi positif terhadap kinerja perdagangan nasional. Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Bali mencatat, pada periode Januari–Oktober 2025, neraca perdagangan Bali mengalami surplus sebesar US$ 330.064.434, menandakan nilai ekspor masih jauh melampaui nilai impor.
Meski tetap surplus, capaian tersebut menunjukkan penurunan dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Pada Januari–Oktober 2024, surplus neraca perdagangan Bali tercatat sebesar US$ 393.210.020, sehingga secara cumulative to cumulative (c-to-c) terjadi penurunan surplus sebesar US$ 63.145.586.
Penurunan surplus ini tidak terlepas dari dinamika perdagangan global yang masih penuh ketidakpastian sepanjang 2025. Tekanan permintaan di sejumlah pasar utama serta fluktuasi harga komoditas internasional memengaruhi kinerja ekspor Bali secara keseluruhan.
Sepanjang Januari–Oktober 2025, nilai ekspor barang Provinsi Bali ke luar negeri tercatat sebesar US$ 464.506.927. Angka ini mengalami penurunan 12,40 persen dibandingkan periode yang sama tahun 2024 yang mencapai US$ 530.241.647.
Di sisi lain, nilai impor barang Provinsi Bali pada periode yang sama tercatat sebesar US$ 134.442.493, atau turun 1,89 persen dibandingkan Januari–Oktober 2024. Penurunan impor yang relatif lebih kecil dibandingkan ekspor inilah yang menyebabkan surplus neraca perdagangan Bali menyusut.
Dari sisi negara mitra dagang, Amerika Serikat tercatat sebagai negara tujuan ekspor terbesar Bali secara kumulatif, dengan pangsa 31,48 persen dari total nilai ekspor. Dominasi pasar Amerika Serikat menunjukkan kuatnya daya saing produk Bali, terutama di sektor industri pengolahan dan perikanan.
Namun demikian, tidak semua pasar utama mencatat kinerja positif. Penurunan nilai ekspor kumulatif terdalam tercatat pada ekspor tujuan Australia, yang melemah hingga 18,52 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.
Jika ditinjau berdasarkan jenis komoditas, produk ikan, krustasea, dan moluska (HS 03) menjadi penyumbang ekspor terbesar Bali sepanjang Januari–Oktober 2025, dengan kontribusi 28,73 persen dari total ekspor kumulatif. Perikanan tetap menjadi penopang utama neraca perdagangan Bali.
Sebaliknya, beberapa komoditas mengalami penurunan tajam. Penurunan ekspor kumulatif terdalam tercatat pada produk pakaian dan aksesorinya (bukan rajutan) (HS 62) yang turun hingga 40,72 persen, seiring melemahnya permintaan global produk tekstil dan fesyen.
Dari sisi impor, Amerika Serikat juga menjadi negara asal impor terbesar Bali secara kumulatif, dengan kontribusi 21,87 persen dari total impor Januari–Oktober 2025. Sementara itu, impor dari Thailand tercatat mengalami penurunan paling dalam, yakni mencapai 38,44 persen, menunjukkan adanya pergeseran sumber pasokan impor Bali.
BPS menilai, meskipun surplus neraca perdagangan Bali mengalami penurunan, posisi ini masih menunjukkan struktur perdagangan luar negeri yang relatif sehat. Surplus yang tetap terjaga menandakan Bali masih mampu membiayai kebutuhan impornya dari hasil ekspor.
Ke depan, pemerintah daerah diharapkan terus mendorong penguatan ekspor berbasis nilai tambah, diversifikasi pasar, serta pengendalian impor non-esensial. Dengan strategi tersebut, surplus neraca perdagangan Bali diharapkan dapat kembali meningkat dan memberikan kontribusi yang lebih besar terhadap ketahanan ekonomi daerah maupun nasional.(***)
Tags: #NeracaPerdagangan,#SurplusBali, #BPSProvinsiBali,#EksporImpor, #EkonomiBali,
Caption Foto: Aktivitas ekspor dan impor di Bali yang menopang surplus neraca perdagangan daerah hingga Oktober 2025.






