matabangsa.com – Medan : Bencana banjir dan longsor yang melanda Provinsi Aceh, Sumatera Utara, dan Sumatera Barat sepanjang tahun 2025 memicu krisis pengungsian dalam skala besar. Data terbaru BNPB hingga 25 Desember 2025 menunjukkan ratusan ribu warga terpaksa meninggalkan rumah mereka demi keselamatan.
Tingginya jumlah rumah rusak yang mencapai 157.838 unit membuat banyak warga tidak memiliki pilihan selain mengungsi ke lokasi yang lebih aman. Pengungsian tersebar di balai desa, sekolah, rumah ibadah, serta tenda-tenda darurat yang didirikan pemerintah dan relawan.
Aceh Utara tercatat sebagai wilayah dengan jumlah pengungsi tertinggi, mencapai sekitar 166.900 jiwa. Kondisi serupa juga terjadi di Gayo Lues dengan lebih dari 150.500 pengungsi, serta sejumlah kabupaten lain di Sumatera Utara dan Sumatera Barat.
Lonjakan jumlah pengungsi tersebut menimbulkan tantangan besar dalam pemenuhan kebutuhan dasar. Ketersediaan makanan, air bersih, selimut, dan perlengkapan tidur menjadi kebutuhan paling mendesak di hampir seluruh lokasi pengungsian.
Distribusi logistik menghadapi kendala serius akibat rusaknya infrastruktur. Sebanyak 734 jembatan yang rusak atau putus menyebabkan sejumlah wilayah terisolasi dan sulit dijangkau kendaraan pengangkut bantuan.
BNPB bersama TNI, Polri, dan relawan berupaya membuka akses darurat dengan membangun jembatan sementara dan memanfaatkan jalur alternatif. Namun, cuaca ekstrem dan medan yang berat masih menjadi hambatan utama di lapangan.
Kondisi pengungsian yang padat juga meningkatkan risiko gangguan kesehatan. Keterbatasan fasilitas sanitasi dan air bersih memicu kekhawatiran munculnya penyakit menular, terutama di kalangan anak-anak dan lansia.
Untuk mengantisipasi hal tersebut, pemerintah mendirikan pos kesehatan darurat dan mengerahkan tenaga medis ke lokasi pengungsian. Langkah ini dilakukan guna memastikan korban luka dan pengungsi mendapatkan layanan kesehatan yang memadai.
Selain kebutuhan fisik, dampak psikologis juga dirasakan para pengungsi. Banyak warga mengalami trauma akibat kehilangan anggota keluarga, rumah, dan mata pencaharian dalam waktu singkat.
Pemerintah daerah bersama relawan mulai memberikan layanan dukungan psikososial, khususnya bagi anak-anak dan perempuan. Aktivitas ini diharapkan dapat membantu memulihkan kondisi mental pengungsi di tengah situasi darurat.
BNPB menegaskan bahwa penanganan pengungsi menjadi prioritas utama selama masa tanggap darurat. Pemerintah terus mengoptimalkan distribusi logistik dan memastikan bantuan menjangkau wilayah paling terdampak.
BNPB juga mengimbau masyarakat untuk tetap mengikuti arahan petugas di lapangan dan tidak kembali ke rumah sebelum kondisi dinyatakan aman, mengingat potensi bencana susulan masih tinggi di sejumlah wilayah rawan.(***)
Tags: #PengungsiBencana,#KrisisLogistik,#BanjirLongsor,#BNPB,#Darurat2025,
Caption Foto: Peta sebaran wilayah terdampak dan jumlah pengungsi akibat banjir dan longsor di Aceh, Sumatera Utara, dan Sumatera Barat berdasarkan dashboard BNPB.






