Matabangsa.com – Asahan : Dalam upaya meningkatkan kesadaran terhadap keamanan pangan asal hewan, Pemerintah Kabupaten Asahan melalui Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan menggelar kegiatan Sosialisasi Risiko Residu Antibiotik pada Produk Hewan, bekerja sama dengan Ikatan Alumni (IKA) Peternakan Universitas Sumatera Utara (USU). Kegiatan ini berlangsung di Aula Hotel Bintang Antariksa Kisaran, Kamis (13/11/2025).
Dalam laporannya, drh Yusnani menegaskan pentingnya aspek keamanan pangan asal hewan sebagai bagian dari keberhasilan program pembangunan nasional di bidang ketahanan pangan.
“Keamanan pangan asal hewan menjadi aspek penting dalam mendukung keberhasilan Asta Cita dalam menjaga ketahanan pangan nasional yang berkelanjutan. Peran pemerintah dalam menjamin keamanan pangan asal hewan sangat penting dan komprehensif, mencakup seluruh mata rantai pangan dari hulu sampai hilir,” ujarnya.
Yusnani juga menyampaikan bahwa dasar hukum kegiatan ini berpedoman pada UU No. 18 Tahun 2012 tentang Pangan, PP No. 86 Tahun 2019 tentang Keamanan Pangan, serta UU No. 41 Tahun 2014 tentang Peternakan dan Kesehatan Hewan.
Tujuan utama sosialisasi ini, lanjutnya, adalah untuk meningkatkan kewaspadaan dalam penggunaan antibiotik pada hewan guna melindungi masyarakat dari bahaya residu antibiotik serta menjamin keamanan produk hewan yang beredar di pasaran.
Sementara itu, Plt Asisten Perekonomian dan Pembangunan Drs. H. Supriyanto, M.Pd dalam arahannya menyampaikan pidato tertulis Bupati Asahan yang mengatakan, bahwa keamanan pangan merupakan salah satu unsur penting dalam ketahanan pangan nasional.
“Salah satu unsur ketahanan pangan adalah pemanfaatan, yakni kemampuan tubuh menyerap nutrisi dari pangan yang dikonsumsi. Hal ini sangat bergantung pada keamanan pangan itu sendiri,” katanya.
Ia menambahkan bahwa pangan asal hewan merupakan sumber protein penting bagi pertumbuhan dan kecerdasan manusia karena mengandung asam amino esensial yang lengkap.
Namun demikian, keberadaan residu antibiotik yang berlebihan pada produk hewan seperti ayam dapat menimbulkan dampak negatif bagi kesehatan.
“Bahaya residu antibiotik dapat menyebabkan resistensi antibiotik, reaksi alergi, gangguan pencernaan, gangguan sistem kekebalan tubuh, hingga efek toksik. Oleh karena itu, kita perlu memastikan pangan asal hewan yang dikonsumsi bebas dari cemaran berbahaya,” ujarnya.
Di akhir sambutannya, Supriyanto berharap kegiatan sosialisasi ini dapat memberikan manfaat bagi pelaku usaha di bidang peternakan untuk menerapkan praktik yang aman dan bertanggung jawab.
“Saya percaya ketulusan kita dalam berusaha menghasilkan produk asal hewan yang aman akan memberikan dampak positif bagi generasi mendatang dan bangsa kita secara umum,” tutupnya.(***)
Tampak hadir Dosen Fakultas Peternakan USU, perusahaan peternakan beserta mitra, serta tamu undangan lainnya.






