matabangsa.com – Jakarta | Dominasi Tiongkok dalam struktur impor Jakarta kembali menguat sepanjang periode Januari–Oktober 2025. Berdasarkan data terbaru, nilai impor dari Tiongkok mencapai US$ 28.427,08 juta atau 43,14 persen dari total impor Jakarta. Angka ini diperoleh dari BPS DKI Jakarta, meningkat signifikan dibanding tahun sebelumnya dan menunjukkan ketergantungan tinggi terhadap barang asal negara tersebut. Kenaikan permintaan industri dan kebutuhan konsumsi masyarakat menjadi faktor utama meningkatnya nilai impor dari Tiongkok.
Pertumbuhan impor dari Tiongkok tercatat mencapai 15,14 persen dibanding periode yang sama tahun 2024. Kenaikan tersebut jauh lebih tinggi dibanding tren impor dari negara-negara pemasok lainnya, menandakan produk Tiongkok semakin mendominasi kebutuhan industri Jakarta. Tidak hanya di sektor manufaktur, komoditas impor dari Tiongkok juga banyak digunakan untuk logistik, teknologi, hingga kebutuhan ritel modern.
Jepang menempati posisi kedua sebagai negara pemasok barang impor terbesar bagi Jakarta. Nilai impornya tercatat mencapai US$ 6.860,80 juta atau 10,41 persen dari total impor Jakarta. Jepang menjadi pemasok utama untuk komoditas kendaraan bermotor, mesin berteknologi tinggi, dan komponen industri. Meski kontribusinya cukup besar, pertumbuhan impor dari Jepang hanya naik 3,18 persen secara tahunan.
Thailand berada di posisi ketiga dengan kontribusi sebesar US$ 4.804,35 juta atau 7,29 persen. Negara ini menjadi pemasok penting untuk kendaraan rakitan, suku cadang otomotif, dan sejumlah barang konsumsi. Kenaikan impor dari Thailand dipengaruhi oleh meningkatnya permintaan kendaraan penumpang di Jakarta serta kebutuhan industri perakitan otomotif sepanjang 2025.
Jika melihat kelompok sepuluh negara pemasok terbesar, nilai impornya secara total mengalami peningkatan mencapai US$ 3.558,57 juta atau naik 6,69 persen dibanding Januari–Oktober 2024. Lonjakan terbesar terjadi pada impor dari Australia yang meningkat 16,13 persen atau setara US$ 294,22 juta. Komoditas utama Australia yang banyak diimpor mencakup bahan kimia, logam mentah, dan sejumlah produk pangan.
Singapura juga mencatat pertumbuhan impor yang cukup kuat. Nilai impor Jakarta dari Singapura pada Oktober 2025 meningkat 29,96 persen atau setara US$ 87,02 juta. Lonjakan tersebut terutama dipengaruhi oleh meningkatnya arus distribusi ulang barang dari Singapura, yang merupakan pusat perdagangan internasional Asia Tenggara.
Pada Oktober 2025, nilai impor dari sepuluh negara utama mencapai 87,93 persen dari total impor Jakarta. Angka tersebut menunjukkan betapa dominannya negara-negara pemasok terbesar dalam memenuhi kebutuhan industri dan konsumsi di Jakarta. Pertumbuhan nilai impor dari sepuluh negara tersebut mencapai US$ 262,42 juta atau naik 4,32 persen dibanding Oktober 2024. Kenaikan paling signifikan datang dari Tiongkok dengan pertumbuhan hingga 19,27 persen dalam satu bulan.
Secara komoditas, barang yang paling banyak diimpor dari Tiongkok meliputi mesin dan peralatan elektrik, kendaraan dan bagiannya, serta produk industri ringan. Komoditas tersebut berperan besar dalam menopang aktivitas pabrik, proyek pembangunan, hingga sektor perdagangan modern di Jakarta. Peningkatan permintaan tersebut tidak terlepas dari pesatnya pertumbuhan sektor teknologi dan otomotif dalam beberapa tahun terakhir.
Kenaikan nilai impor dari Tiongkok juga berkaitan dengan tren industri digital yang berkembang pesat. Banyak perusahaan teknologi di Jakarta mengandalkan perangkat keras, server, serta komponen elektronik yang sebagian besar berasal dari Tiongkok. Hal ini membuat Tiongkok menjadi mitra dagang krusial bagi sektor digital dan teknologi informasi di Indonesia.
Pemerintah Jakarta memandang dominasi impor dari Tiongkok sebagai tantangan sekaligus peluang. Tantangan karena ketergantungan berlebih dapat memicu risiko ketidakseimbangan perdagangan, namun juga peluang karena akses terhadap barang modal dan teknologi menjadi lebih mudah. Pemerintah menilai bahwa impor berkualitas tinggi diperlukan untuk mendukung pertumbuhan industri dalam negeri.
BPS menilai bahwa meskipun dominasi Tiongkok sangat besar, struktur impor Jakarta masih cukup beragam dengan kontribusi signifikan dari berbagai negara Asia. Delapan dari sepuluh negara pemasok utama berasal dari kawasan Asia, menunjukkan jaringan rantai pasok regional masih sangat kuat. Ketergantungan terhadap kawasan Asia ini turut mendorong stabilitas pasokan barang bagi kebutuhan industri.
Secara keseluruhan, data impor menurut negara asal menunjukkan bahwa Tiongkok masih memegang peranan sentral dalam perdagangan Jakarta sepanjang 2025. Pertumbuhan impor yang kuat dari negara tersebut diakui sebagai sinyal bahwa kebutuhan industri dan konsumsi semakin meningkat. Pemerintah berharap, lonjakan impor tersebut sejalan dengan peningkatan kapasitas produksi dan pertumbuhan ekonomi nasional secara keseluruhan.
Nilai impor Jakarta selama Januari–Oktober 2025 menunjukkan peningkatan signifikan dan menegaskan kembali posisi Jakarta sebagai pusat aktivitas perdagangan nasional. Berdasarkan data terbaru, total impor mencapai US$ 65.895,20 juta. Angka ini lebih tinggi 4,54 persen dibanding periode yang sama tahun 2024, sekaligus mencerminkan meningkatnya permintaan industri dan konsumsi di wilayah Jabodetabek. Pemerintah daerah menilai lonjakan ini sebagai sinyal pemulihan ekonomi yang semakin stabil sepanjang 2025.
Peningkatan impor tersebut terutama didorong oleh menguatnya impor nonmigas yang berperan besar dalam menyumbang pertumbuhan kumulatif. Impor nonmigas tercatat mencapai US$ 63.753,40 juta atau naik 5,19 persen dibanding tahun sebelumnya. Lonjakan ini memperlihatkan bahwa kebutuhan sektor industri terhadap bahan baku dan barang modal di Jakarta terus tumbuh seiring meluasnya aktivitas manufaktur, logistik, dan konstruksi.
Di sisi lain, impor migas justru mengalami penurunan cukup tajam. Nilainya berkurang hingga US$ 282,78 juta atau minus 11,66 persen dibanding periode Januari–Oktober 2024. Penurunan ini terutama berasal dari melemahnya impor bahan bakar mineral. Tren tersebut sejalan dengan kebijakan efisiensi energi, peralihan ke energi bersih, serta melemahnya permintaan industri terhadap komoditas berbasis fosil.
Untuk periode Oktober 2025 saja, nilai impor Jakarta tercatat sebesar US$ 7.200,49 juta. Angka ini tumbuh 1,64 persen dibanding Oktober 2024. Kenaikan tersebut dipicu oleh meningkatnya nilai impor nonmigas yang mencapai US$ 6.947,11 juta, atau tumbuh 2,01 persen secara tahunan. Sementara itu, impor migas pada bulan yang sama turun 7,56 persen sehingga menahan potensi pertumbuhan lebih tinggi.
Data komoditas menunjukkan bahwa kelompok barang kendaraan dan bagiannya menjadi penyumbang lonjakan terbesar sepanjang 2025. Nilai impor kelompok ini meningkat hingga US$ 1.524,84 juta atau 26,23 persen secara tahunan. Lonjakan tersebut berkaitan erat dengan tingginya penjualan kendaraan baru di perkotaan serta kebutuhan industri transportasi yang terus berkembang.(***)
Caption Foto: Aktivitas bongkar muat kontainer asal Tiongkok di Pelabuhan Tanjung Priok, mencerminkan dominasi impor dari negara tersebut sepanjang 2025.
Tags: #ImporTiongkok, #EkonomiJakarta, #DataBPS, #PerdaganganAsia, #Internasional,






