Matabangsa-Deliserdang: Wakil Gubernur (Wagub) Sumatera Utara (Sumut) Musa Rajekshah menyebutkan, pembangunan masjid merupakan wujud rasa syukur bagi umat muslim kepada Allah SWT, atas berkah yang diberikan.
Karena itu diharapkan rencana pembangunan Masjid Al-Hadi di kawasan Desa Bandar Setia dapat terlaksana dengan baik dan tidak memakan waktu yang lama.
“Kalau memang niat kita membangun rumah ibadah, banyak saja diberikan Allah jalan kemudahannya,” ujar Musa Rajekshah atau akrab disapa Ijeck, dalam sambutannya pada acara Tabligh Akbar bersama KH Tengku Zulkarnain, di Lapangan Bola Kaki Bandar Setia, Minggu (5/1) malam.
Hadir di antaranya Wakil Ketua DPRD Sumut Harun Mustafa Nasution, anggota DPRD Sumut Subandi, Anggota DPRD Deliserdang Misnan Aljawi dan Qori Nasional Fadlan Khoiri, serta para tokoh agama Islam bersama ribuan umat muslim di Kecamatan Percut Sei Tuan, Deliserdang.
Namun Ijeck menekankan, bahwa tugas yang lebih berat daripada membangun masjid adalah bagaimana memakmurkan dan meramaikan masjid melalui aktivitas ibadah wajib maupun sunat.
Foto:Wakil Gubernur Sumut Musa Rajekshah menghadiri acara Tabligh Akbar bersama KH Tengku Zulkarnain, di Lapangan Bola Kaki Bandar Setia, Deliserdang, Minggu (5/1) malam.
“Tetapi yang pasti nanti, kalau sudah terbangun (masjid), tugas dan tanggung jawab kita yang lebih berat adalah bagaimana memakmurkan masjid. Bagaimana kita mengisi dengan salat berjamaah, khususnya untuk laki-laki. Dan ibu-ibu bisa menggelar pengajian di dalamnya,” imbau Ijeck, yang sekaligus meminta doa dan dukungan masyarakat kepada pemerintah untuk mewujudkan Sumut Bermartabat.
Sementara dalam ceramahnya, KH Tengku Zulkarnain mengingatkan kepada umat muslim untuk menjaga hubungan sebagai saudara seakidah. Sebab, katanya, tali persaudaraan dengan landasan agama (Islam), memiliki kekuatan besar.
“Persatuan yang abadi itu adalah karena agama. Banyak yang menyatukan kita, misalnya sebangsa atau sama-sama satu suku. Tetapi itu ‘selesai’ setelah kita meninggal dunia,” jelas KH Tengku Zulkarnain.
Dirinya mengambil contoh bagaimana seorang yang pernah bertemu dan berteman karena seakidah. Setelah seorang di antara mereka meninggal dunia, teman yang masih hidup kemudian melunasi hutang rekannya yang telah wafat. Hal itu juga katanya, ditekankan dalam berbagai doa serta hadits terkait putusnya amal seseorang setelah meninggal dunia, kecuali tiga hal yakni amal jariah, ilmu yang bermanfaat serta anak yang soleh.
“Jadi kalau kita ini seakidah, selama itu masih Ahlusunah Waljamaah, jangan bertengkar dengan perbedaan yang tidak substansial. Selama tidak sesat, dan haditsnya sahih, jangan dipersoalkan,” sebutnya, sekaligus mengajak umat bersama memakmurkan masjid tanpa memandang perbedaan.
Untuk itu juga, dirinya berpesan agar umat muslim dapat menjaga ukhuwah Islamiyah dalam segala hal. Meskipun terdapat sedikit perbedaan atau variasi, bukan menjadi alasan untuk terpecah belah.(dave)